Berikut ini dalah bahan renungan kita bersama bagi ikhwan maupun ukhti yang belum menikah , bagi calon pasutri maupun bagi anda yang sedang menjalani biduk rumah tangga
( diadaftasi dari : situs ilma.net )
Semoga bermanfaat ........
Jumat, 27 Maret 2009
Sabtu, 21 Februari 2009
HARTA DAN ILMU
Harta dalam bahasa Arab disebut dengan : “ Al – Maal “ artinya sesuatu yang sangat digandrungi dan dicintai manusia. Harta bagaikan magnet yang dapat “ menarik “ setiap hati manusia untuk memilikinya.Apapun bentuknya harta memiliki perumpamaan :
- Bagaikan seonggok daging mentah yang diperebutkan serigala-serigala yang sedang
lapar.
- Bagaikan nektar di dalam bunga yang diperebutkan lebah
- Bagaikan gula yang dikerumungi semut.
Di dunia harta bagaikan pisau bermata dua , dapat digunakan untuk menggembirakan orang lain, membangun rumah, memperbaiki keadaan lingkungan tempat tinggal dan hal-hal positif lainnya. Sebaliknya harta dapat dijadikan sarana untuk merusak, menghancurkan,menimbulkan kekacauan, fitnah, perebutan kekuasaan, pembunuhan dan keburukan-keburukan lainnya.
Harta bagaikan kuda liar yang dijadikan tunggangan para koboi, apabila dapat mengendalikannya ,akan tercapai tujuan yang diharapkan, tetapi jika tidak dapat mengendalikannya maka penunggangnya akan jatuh terinjak-injak. Bagaimanakah kedudukan harta di dalam Islam ??? . Alloh SWT berfirman dalam QS. Al- Kahfi ayat 46 :
46. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi
saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.
Dari Abu Hurairoh r.a., katanya Rosululloh SAW bersabda : “Seorang hamba berkata :”Hartaku, hartaku “ , padahal hartanya yang sesungguhnya tiga macam, yaitu :1. Apa yang dimakannya lalu habis, 2. Apa yang dipakainya lalu lusuh 3.Apa yang disedekahkannya lalu tersimpan (untuk Akhirat ). Selain dari 3 macam itu lenyap atau ditinggalkannya bagi orang lain “
H.R Muslim
PERBANDINGAN ANTARA HARTA YANG DIMILIKI DENGAN ILMU
Menurut Ali Bin Abu Thalib :” Imu lebih baik daripada harta ,karena ilmu akan menjaga manusia , sedangkan manusia harus repot menjaga harta yang dimilikinya , ilmu akan berkembang dengan diamalkan sedangkan harta akan berkurang dengan dibelanjakan “. Ilmu yang bermanfaat akan menemani kehidupan manusia di alam kubur sebagai bekal amal baik buah dari ilmu yang diamalkan dengan ikhlas , sedangkan harta akan hilang bersamaan dengan kematian seseorang .
- Bagaikan seonggok daging mentah yang diperebutkan serigala-serigala yang sedang
lapar.
- Bagaikan nektar di dalam bunga yang diperebutkan lebah
- Bagaikan gula yang dikerumungi semut.
Di dunia harta bagaikan pisau bermata dua , dapat digunakan untuk menggembirakan orang lain, membangun rumah, memperbaiki keadaan lingkungan tempat tinggal dan hal-hal positif lainnya. Sebaliknya harta dapat dijadikan sarana untuk merusak, menghancurkan,menimbulkan kekacauan, fitnah, perebutan kekuasaan, pembunuhan dan keburukan-keburukan lainnya.
Harta bagaikan kuda liar yang dijadikan tunggangan para koboi, apabila dapat mengendalikannya ,akan tercapai tujuan yang diharapkan, tetapi jika tidak dapat mengendalikannya maka penunggangnya akan jatuh terinjak-injak. Bagaimanakah kedudukan harta di dalam Islam ??? . Alloh SWT berfirman dalam QS. Al- Kahfi ayat 46 :
46. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi
saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.
Dari Abu Hurairoh r.a., katanya Rosululloh SAW bersabda : “Seorang hamba berkata :”Hartaku, hartaku “ , padahal hartanya yang sesungguhnya tiga macam, yaitu :1. Apa yang dimakannya lalu habis, 2. Apa yang dipakainya lalu lusuh 3.Apa yang disedekahkannya lalu tersimpan (untuk Akhirat ). Selain dari 3 macam itu lenyap atau ditinggalkannya bagi orang lain “
H.R Muslim
PERBANDINGAN ANTARA HARTA YANG DIMILIKI DENGAN ILMU
Menurut Ali Bin Abu Thalib :” Imu lebih baik daripada harta ,karena ilmu akan menjaga manusia , sedangkan manusia harus repot menjaga harta yang dimilikinya , ilmu akan berkembang dengan diamalkan sedangkan harta akan berkurang dengan dibelanjakan “. Ilmu yang bermanfaat akan menemani kehidupan manusia di alam kubur sebagai bekal amal baik buah dari ilmu yang diamalkan dengan ikhlas , sedangkan harta akan hilang bersamaan dengan kematian seseorang .
Jumat, 16 Januari 2009
Mendidik Diri Mengenal Alloh SWT
Yang pertama kali ditangani oleh Rasulullah SAW dalam membina kaum muslimin generasi awal adalah pengenalan terhadap Allah sebagai Tuhan yang patut disembah dan membebaskan mereka dari penyembahan kepada selain Allah. Rasulullah mengajarkan kepada mereka siapa Tuhan sesungguhnya. Inilah yang disebut dengan makrifatullah, mengenal Allah. Tuhan Allah rabbil
‘alamin diperkenalkan kepada mereka dengan segala kemahaan-Nya dan semua sifat-sifat-Nya.
Rasulullah SAW, atas perintah Allah SWT, mendidik para sahabat dengan pengetahuan
ketauhidan, pengesaan terhadap Allah jauh sebelum beliau mendidik mereka tentang kewajiban- kewajiban ritual, seperti sholat, puasa dll. Hal ini merupakan landasan yang kuat dari segala ketaatan beragama, ketaatan dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan dalam agama. Rasulullah mengetahui, apabila para sahabat sudah mengenal Allah, tidak menyembah kepada selain Dia dan memahami segala sifat-sifat Allah, maka segala ketaatan tersebut tidak akan membutuhkan pengawasan manusia karena memang pemahaman yang diajarkan oleh Rasulullah adalah Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui.
Maka kita lihat hasil didikan Rasulullah adalah generasi yang benar-benar mengenal Allah. Di zaman Umar ra, seorang anak gembala, ya cuma anak gembala bukan anak sekolahan, bukan anak gedongan dirayu untuk menjual seekor kambing milik tuannya, yang pada waktu itu walaupun jumlah kambing yang digembalakannya beribu-ribu ekor, tetapi sewaktu dirayu untuk menjual satu ekor saja, anak gembala ini balik bertanya kepada Umar ra, kalau tuan saya tidak mengetahui, maka di mana Allah. Artinya si anak gembala ini ingin mengatakan kepada Umar bukankah Allah Tuhan sekalian alam ini sungguh Maha Mengetahui? Inilah salah satu bukti hasil didikan Rasulullah. Sebuah generasi yang walaupun ada kesempatan untuk berbuat maksiat,tetapi memiliki kepahaman yang mendalam bahwa Allah sungguh Maha Mengetahui.
Di saat sekarang pun seharusnya pemahaman seperti ini harus tetap menjadi sesuatu yang kita percayai. Konsep Allah SWT Maha Mengetahui dan Maha Melihat segala perbuatan kita akan cukup menjadikan kita orang yang istiqomah, tetap lurus dalam kebaikan. Sewaktu ada kesempatan untuk berbuat maksiat, terutama dalam keadaan sendiri, kita segera sadar, Allah
selalu mengawasi kita. Kalau sudah begini yang ada dalam kesadaran kita, dalam keyakinan kita, penyakit-penyakit kronis dalam kemasyarakatan tentu tidak akan pernah timbul. Sewaktu baru dalam tataran niat saja kita akan bermaksiat kepada Allah, melanggar perintah-Nya kita segera memperingati diri bahwa Allah mengetahui bahkan niat yang baru terbersit di dalam hati.
Dua saja sifat Allah yang kita pahami yaitu Allah Maha Mengetahui dan Allah Maha Melihat akan cukup menjadi benteng bagi kita atas segala godaan untuk bermaksiat kepadaNya. Ketaatan terhadap perintah Allah akan didasari oleh keikhlasan dan bukan didasari oleh rasa sungkan terhadap atasan atau rekan sekerja atau siapa saja. Segala perintah agama kemudian, misalnya perintah sholat, puasa, zakat dll., tidak akan terlalaikan sebab ada keyakinan bahwa semua itu tercatat, diketahui oleh Allah SWT yang kemudian harus kita pertanggungjawabkan di hari kemudian.
Mari kita pahamkan diri bahwa Allah Maha Mengetahui dan Maha Melihat. Wallahua’lam bishawab
Dari Ishak : Oase di tengah kegersangan
‘alamin diperkenalkan kepada mereka dengan segala kemahaan-Nya dan semua sifat-sifat-Nya.
Rasulullah SAW, atas perintah Allah SWT, mendidik para sahabat dengan pengetahuan
ketauhidan, pengesaan terhadap Allah jauh sebelum beliau mendidik mereka tentang kewajiban- kewajiban ritual, seperti sholat, puasa dll. Hal ini merupakan landasan yang kuat dari segala ketaatan beragama, ketaatan dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan dalam agama. Rasulullah mengetahui, apabila para sahabat sudah mengenal Allah, tidak menyembah kepada selain Dia dan memahami segala sifat-sifat Allah, maka segala ketaatan tersebut tidak akan membutuhkan pengawasan manusia karena memang pemahaman yang diajarkan oleh Rasulullah adalah Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui.
Maka kita lihat hasil didikan Rasulullah adalah generasi yang benar-benar mengenal Allah. Di zaman Umar ra, seorang anak gembala, ya cuma anak gembala bukan anak sekolahan, bukan anak gedongan dirayu untuk menjual seekor kambing milik tuannya, yang pada waktu itu walaupun jumlah kambing yang digembalakannya beribu-ribu ekor, tetapi sewaktu dirayu untuk menjual satu ekor saja, anak gembala ini balik bertanya kepada Umar ra, kalau tuan saya tidak mengetahui, maka di mana Allah. Artinya si anak gembala ini ingin mengatakan kepada Umar bukankah Allah Tuhan sekalian alam ini sungguh Maha Mengetahui? Inilah salah satu bukti hasil didikan Rasulullah. Sebuah generasi yang walaupun ada kesempatan untuk berbuat maksiat,tetapi memiliki kepahaman yang mendalam bahwa Allah sungguh Maha Mengetahui.
Di saat sekarang pun seharusnya pemahaman seperti ini harus tetap menjadi sesuatu yang kita percayai. Konsep Allah SWT Maha Mengetahui dan Maha Melihat segala perbuatan kita akan cukup menjadikan kita orang yang istiqomah, tetap lurus dalam kebaikan. Sewaktu ada kesempatan untuk berbuat maksiat, terutama dalam keadaan sendiri, kita segera sadar, Allah
selalu mengawasi kita. Kalau sudah begini yang ada dalam kesadaran kita, dalam keyakinan kita, penyakit-penyakit kronis dalam kemasyarakatan tentu tidak akan pernah timbul. Sewaktu baru dalam tataran niat saja kita akan bermaksiat kepada Allah, melanggar perintah-Nya kita segera memperingati diri bahwa Allah mengetahui bahkan niat yang baru terbersit di dalam hati.
Dua saja sifat Allah yang kita pahami yaitu Allah Maha Mengetahui dan Allah Maha Melihat akan cukup menjadi benteng bagi kita atas segala godaan untuk bermaksiat kepadaNya. Ketaatan terhadap perintah Allah akan didasari oleh keikhlasan dan bukan didasari oleh rasa sungkan terhadap atasan atau rekan sekerja atau siapa saja. Segala perintah agama kemudian, misalnya perintah sholat, puasa, zakat dll., tidak akan terlalaikan sebab ada keyakinan bahwa semua itu tercatat, diketahui oleh Allah SWT yang kemudian harus kita pertanggungjawabkan di hari kemudian.
Mari kita pahamkan diri bahwa Allah Maha Mengetahui dan Maha Melihat. Wallahua’lam bishawab
Dari Ishak : Oase di tengah kegersangan
Bertaubatlah sebelum pintunya tertutup !!!
Kalau anda pernah menghadiri pemakaman, entah itu pemakaman keluarga, sahabat kawan tetangga atau siapa saja, coba perhatikan perbuatan si mayit tersebut sewaktu masih hidup. Bila ternyata dulunya ia adalah orang yang tidak lurus-lurus amat hidupnya dalam arti kalau pun beragama, ia beragama sambil lalu, sekali-kali melanggar larangan dan meninggalkan perintah, sholat ya sholat, bohong jalan terus, dosa-dosa dikumpulkan, atau kalau pun berbuat kebaikan ia lakukan setengah-setengah, maka coba tanya diri sendiri, apa yang kira-kira si mayit tersebut akan lakukan apabila diberikan kesempatan untuk hidup kembali oleh Allah SWT. Apakah menurut anda ia akan berbuat baik terus-menerus? Insya Allah, jawabannya ya.
Firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat Al Mukminun ayat 99
Hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), (QS. Al Mukminun [23]: 99).(Lihat juga QS 7:53; 14:44; 23:107; 32:12)
Atau coba bayangkan kematian itu menggunakan prosedur yang memperbolehkan calon mati mengetahui hari kematiannya. Umpamanya prosedur kematian menyatakan bahwa setiap satu pekan sebelum hari kematian, dikeluarkan pengumuman mengenai siapa yang akan meninggal pekan depan. Menurut anda apa yang akan dilakukan oleh manusia dalam menyikapi prosedur permakluman kematian seperti ini? Tobat. Ya, Insya Allah masjid-masjid akan selalu dipenuhi oleh orang-orang yang bertobat.
Ikhwan fillah, Sayangnya kedua perumpamaan di atas tidak berlaku. Dan sayangnya juga, seperti jodoh dan rezeki, ajal juga termasuk sesuatu yang misterius yang tidak ada seorang pun mengetahui kapan dan di mana ia akan meninggal. Oleh karena itu, sepatutnyalah kita yang sekarang ini masih diberikan kesempatan hidup melakukan perbuatan-perbuatan baik, melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Sepatutnya kita yang masih hidup ini memanfaatkan usia kita dengan tobat sebelum tertutup pintu tobat itu.
Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'kub. (Ibrahim berkata):"Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". (QS. Al Baqarah [2]: 132).
Saya ingin menggarisbawahi potongan kalimat terakhir, janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam. Karena mati adalah sesuatu yang misterius dan tidak dapat kita ketahui, tidak dapat kita atur sesuai keinginan kita, tidak dapat ditunda-tunda kalau memang sudah saatnya tiba, yang dapat kita lakukan adalah mempersiapkan diri. Kita harus mengkondisikan diri tetap dalam keadaan Muslim. Dalam semua momen kehidupan kita, kita harus siap dalam keadaan Islam, berserah diri. Sehingga kalaupun kematian itu datang menjemput kita, kita sudah siap dengan jawaban, fasyhad bianna muslimun maka saksikanlah bahwa kami ini orang-orang Muslim.
Wallahua’alam bishshowab.
Dari Ishak : Oase di tengah kegersangan
Firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat Al Mukminun ayat 99
Hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), (QS. Al Mukminun [23]: 99).(Lihat juga QS 7:53; 14:44; 23:107; 32:12)
Atau coba bayangkan kematian itu menggunakan prosedur yang memperbolehkan calon mati mengetahui hari kematiannya. Umpamanya prosedur kematian menyatakan bahwa setiap satu pekan sebelum hari kematian, dikeluarkan pengumuman mengenai siapa yang akan meninggal pekan depan. Menurut anda apa yang akan dilakukan oleh manusia dalam menyikapi prosedur permakluman kematian seperti ini? Tobat. Ya, Insya Allah masjid-masjid akan selalu dipenuhi oleh orang-orang yang bertobat.
Ikhwan fillah, Sayangnya kedua perumpamaan di atas tidak berlaku. Dan sayangnya juga, seperti jodoh dan rezeki, ajal juga termasuk sesuatu yang misterius yang tidak ada seorang pun mengetahui kapan dan di mana ia akan meninggal. Oleh karena itu, sepatutnyalah kita yang sekarang ini masih diberikan kesempatan hidup melakukan perbuatan-perbuatan baik, melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Sepatutnya kita yang masih hidup ini memanfaatkan usia kita dengan tobat sebelum tertutup pintu tobat itu.
Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'kub. (Ibrahim berkata):"Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". (QS. Al Baqarah [2]: 132).
Saya ingin menggarisbawahi potongan kalimat terakhir, janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam. Karena mati adalah sesuatu yang misterius dan tidak dapat kita ketahui, tidak dapat kita atur sesuai keinginan kita, tidak dapat ditunda-tunda kalau memang sudah saatnya tiba, yang dapat kita lakukan adalah mempersiapkan diri. Kita harus mengkondisikan diri tetap dalam keadaan Muslim. Dalam semua momen kehidupan kita, kita harus siap dalam keadaan Islam, berserah diri. Sehingga kalaupun kematian itu datang menjemput kita, kita sudah siap dengan jawaban, fasyhad bianna muslimun maka saksikanlah bahwa kami ini orang-orang Muslim.
Wallahua’alam bishshowab.
Dari Ishak : Oase di tengah kegersangan
Urgensi Istighfar
Dalam surat pendek yang biasa kita kenal dengan nama surat An Nashr (110), Allah SWT berfirman yang artinya kira-kira: apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan engkau melihat orang berbondong-bondong masuk agama Allah (Islam) maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunlah kepada-Nya.Sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat.
Ada sesuatu yang menarik yang kita bisa lihat dalam surat ini. Apabila kita mendapatkan pertolongan Allah, apapun bentuk pertolongan Allah dan juga kemenangan, entah itu kemenangan dalam hidup berupa kenikmatan hidup, kenyamanan bekerja dan lain sebagainya, hal pertama yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk kita lakukan adalah bertasbih, subhanallah. Kita diperintah bertasbih dengan memuji Allah. Tetapi tidak berhenti di situ. Setelah memuji-Nya kita juga justru diperintah beristighfar, memohon ampunan Allah SWT.
Ini benar-benar menarik. Kalau kita cermati, ayat ini tidak bilang kepada kita untuk bersyukur, tidak menggunakan kata fasykur (maka bersyukurlah) tetapi menggunakan kata fasbih (maka pujilah). Jadi hal pertama, tasbih dengan tahmid. Selanjutnya kita diharuskan beristighfar.
Kalau diperhatikan, ternyata memang benar dalam keadaan menang, nyaman, enak, damai, kita cenderung lupa segalanya. Memang keadaan yang nyaman, kehidupan yang mapan dan bentuk- bentuk kemenangan lain itu cenderung melenakan. Karena itulah kita diminta segera beristighfar. Jangan sampai kita lupa diri dengan kondisi tersebut lalu lebih parah lagi lupa adanya kuasa di
atas kuasa kita, Allah SWT. Inilah makna mendalam yang terkandung dalam surat An Nashr ini. Subhanallah, alangkah tingginya ajaran Al Qur’an.
Dari Ishak : Oase di tengah kegersangan
Ada sesuatu yang menarik yang kita bisa lihat dalam surat ini. Apabila kita mendapatkan pertolongan Allah, apapun bentuk pertolongan Allah dan juga kemenangan, entah itu kemenangan dalam hidup berupa kenikmatan hidup, kenyamanan bekerja dan lain sebagainya, hal pertama yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk kita lakukan adalah bertasbih, subhanallah. Kita diperintah bertasbih dengan memuji Allah. Tetapi tidak berhenti di situ. Setelah memuji-Nya kita juga justru diperintah beristighfar, memohon ampunan Allah SWT.
Ini benar-benar menarik. Kalau kita cermati, ayat ini tidak bilang kepada kita untuk bersyukur, tidak menggunakan kata fasykur (maka bersyukurlah) tetapi menggunakan kata fasbih (maka pujilah). Jadi hal pertama, tasbih dengan tahmid. Selanjutnya kita diharuskan beristighfar.
Kalau diperhatikan, ternyata memang benar dalam keadaan menang, nyaman, enak, damai, kita cenderung lupa segalanya. Memang keadaan yang nyaman, kehidupan yang mapan dan bentuk- bentuk kemenangan lain itu cenderung melenakan. Karena itulah kita diminta segera beristighfar. Jangan sampai kita lupa diri dengan kondisi tersebut lalu lebih parah lagi lupa adanya kuasa di
atas kuasa kita, Allah SWT. Inilah makna mendalam yang terkandung dalam surat An Nashr ini. Subhanallah, alangkah tingginya ajaran Al Qur’an.
Dari Ishak : Oase di tengah kegersangan
Jumat, 02 Januari 2009
Renungan
Sahabat waktu berlalu tiada terasa , detik demi detik umur kita semakin berkurang , segala amal perbuatan kita telah tersimpan ,sementara kematian akan mendadak datang . Marilah kita isi waktu kita dengan berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan.
Alloh SWT telah berfirman dalam QS. As-syuura 23 :
artinya :23. Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba- hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan". Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri[1344].
Langganan:
Postingan (Atom)